Berawal dari nenek moyang bangsa
Indonesia yang memiliki cara dalam melindungi diri dan mempertahankan hidupnya
dari tantangan alam, sehingga mereka menciptakan bela diri dengan menirukan
gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti : gerakan kera, harimau,
ular, burung elang. Bela diri juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli
Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan
tombak. Bela diri juga sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan besar, seperti
kerajaan Sriwijaya, dan Majapahit, yang mana memilik pendekar-pendekar dan
prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Sedangkan
menurut penilit silat Donald F. Draeger, untuk mengetahui sejarah dan
berkembangnya silat dapat dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan
dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pahatan relief-relief yang berisikan
sikap-sikap kuda silat di Candi Prambanan dan Borobudor. Sementara itu Sheikh
Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan
India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat
pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India,
Cina, dan mancanegara lainnya.
Perkembangan silat secara historis
mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama
Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan
bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian
dari latihan spiritual.
Silat lalu berkembang dari ilmu
beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk
menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda,
tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati,
Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol,
serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut
Nyak Meutia.
Menyadari pentingnya mengembangkan
peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang
bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di
seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI). Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua
di dunia.
Beberapa organisasi silat nasional
maupun internasional mulai tumbuh dengan pesat. Seperti di Asia, Amerika
Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga
dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak
silat, yaitu:
- Aspek Mental Spiritual : Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain.
- Aspek Seni Budaya : Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
- Aspek Bela Diri : Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilahsilat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
- Aspek Olah Raga : Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
Beberapa nilai positif yang
diperoleh dalam olahraga beladiri pencak silat adalah:
- Kesehatan dan kebugaran
- Membangkitkan rasa percaya diri
- Melatih ketahanan mental
- Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi
- Membina sportifitas dan jiwa ksatria
- Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi
Pencak silat Jatidiri Bangsa Indonesia di Dunia
Reviewed by Unknown
on
November 01, 2017
Rating:
No comments: